Masa pandemi seakan tidak ada Henti-hentinya hingga detik ini sehingga berdampak secara signifikan khususnya di lingkup perekonomian. Keterpurukan itu seakan menjadi momok bagi masyarakat yang terdampak bahkan ditingkat nasional.
Upaya mengembalikan roda perputaran ekonomi diharapkan bisa memberikan udara segar bagi masyarakat khususnya di Sidoarjo. Hal ini bahkan dialami oleh mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) dalam mengembalikan roda ekonomi dengan membuat usaha mandiri.
Moch Yasin Siroj merupakan Mahasiswa angkatan 2017 dari Program Studi (Prodi) manajemen fakultas ekonomi Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan dari Suroto dan Lina Puspita yang bertempat tinggal di Dsn Keling Desa Jumputrejo Sukodono Kabupaten Sidoarjo, Rabu (31/3/2021).
“Berawal dari faktor ekonomi dan kurangnya pemasukan untuk kebutuhan sehari hari. Dimana pada saat itu saya belum mempunyai banyak keahlian di bidang kerja. Sehingga menyebabkan sulitnya mencari pekerjaan dan di saat mendapat pekerjaan gaji yang didapat lebih kecil daripada pengeluaran, baik untuk kuliah maupun yg lainnya,” kata yasin panggilan akrabnya.
Ia juga menceritakan awal mendirikan usaha dengan modal dan pengalaman yang sangat minim, tentu banyak hambatan disaat produksi. Karena saat itu modal usahanya berbekal dari uang beasiswa dan penghasilan penjualan timbunan gabah atau padi nenek yang nilainya masih belum bisa mencukupi untuk melengkapi alat produksi dan tambah daya listrik .
Ia juga menjelaskan, usaha sablon khususnya sablon kaos manual adalah salah satu usaha yang dimana setiap orang pasti membutuhkan, karena di lihat dari kebutuhan primer manusia sandang adalah yang utama baru di susul oleh pangan dan pakan. Belum lagi gaya hidup masyarakat indonesia yang mewajibkan adanya identitas bagi setiap komunitas atau organisasi.
“sebuah peluang gede juga kan om walaupun kita selaku pemain bisnis harus hertarung di zona red ocean di tengah banyaknya konsumen,” paparnya sembari bercanda.
Sebagai anak santri alias pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung, pihaknya juga menerangkan bahwa bisnis jadul yang tidak termakan zaman adalah (Sablon). Tak bisa di pungkiri bahwa kestabilan profitabilitas bisnis sablon manual sangatlah baik karena di tunjang banyaknya teknik dan media yang bisa di sablon. Mulai dari kaos tote bag, bendera, hodie, plastik dan masih banyak lagi. Selain itu di tunjang dengan berbagai banyaknya jenis cat dari masa kemasa di tambah lagi bahan baku yang sudah tersebar di hampir seluruh plosok kota
“Caping sudah saya besarkan mulai bayi. Di mulai dari nol dengan sepenuh hati dengan harapan menjadi penyokong ekonomi bagi keluarga saya dan karyawan kelak,” harapnya
Saat ini usaha sablonnya lebih berfokus mengikuti tranding clothing yang ada. Pada saat ini lebih berfokus kepada Chapter – chalter motor, baik bertema classik, racing maupun modern. Serta beberapa fokus pada sosial dan agamis.
“Saat ini saya masih berfokus penjaringan konsumen, pelebaran market dan menarik loyalitas kosumen. Caping sendiri sudah pernah mendapat kepercayaan order dari korea dan malaysia,” tutupnya.
Usaha yang digeluti saat ini adalah sablon dengan nama “Caping Sablon” dan sudah berjalan dari 18 Juni 2019 hingga sekarang, perjalanan usahanya tidak lepas dari sumbangsih ide dan gagasan teman.
Penulis : Rahmad Salam
Editor : Afifatus Sholikhah