Pos

Mahasiswa Program Studi Akuntansi UNUSIDA Raih Juara I Lomba Poster Funtaxtice 2025, Buktikan Peran Generasi Muda dalam Literasi Pajak

Mahasiswa Program Studi Akuntansi UNUSIDA Raih Juara I Lomba Poster Funtaxtice 2025, Buktikan Peran Generasi Muda dalam Literasi Pajak

SIDOARJO – Dua mahasiswa berprestasi dari Program Studi (Prodi) Akuntansi, Chusnul Khotimah dan Reni Sagita, berhasil mengukir prestasi gemilang dengan meraih Juara I dalam Lomba Poster tingkat perguruan tinggi pada ajang Funtaxtice 2025. Kompetisi bergengsi ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur II. Kemenangan ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi institusi, tetapi juga menegaskan peran penting generasi muda dalam meningkatkan kesadaran dan literasi pajak di Indonesia (17-07-2025).

Funtaxtice 2025 merupakan acara tahunan yang digagas oleh DJP Jatim II untuk menjaring talenta-talenta muda dari berbagai perguruan tinggi. Melalui tema “Pajak Kuat Indonesia Maju,” kompetisi ini menantang para peserta untuk menuangkan ide-ide inovatif mereka tentang pentingnya pajak dalam pembangunan nasional. Lomba poster menjadi salah satu kategori favorit yang menarik banyak partisipasi, menguji kreativitas dan kemampuan peserta dalam mengemas pesan yang kompleks menjadi visual yang mudah dipahami. Tim juri, yang terdiri dari perwakilan DJP dan praktisi kreatif, menilai karya peserta berdasarkan orisinalitas ide, relevansi pesan, estetika visual, dan kekuatan penyampaian.

Poster karya Chusnul dan Reni, yang berjudul “Pahlawan Di Era Modern Dengan Bayar Pajak Untuk Indonesia Emas ,” sukses mencuri perhatian juri. Poster tersebut menampilkan visual yang bersih dan modern dengan infografis yang memaparkan secara ringkas bagaimana pajak yang dibayarkan masyarakat kembali dalam bentuk fasilitas publik, seperti jalan, sekolah, rumah sakit, hingga subsidi. Mereka menggunakan perumpamaan

* Pahlawan modern = Warga negara yang taat membayar pajak.

* Perjuangan pahlawan = Membayar pajak untuk membangun negara.

* Keuntungan pajak = Ekonomi yang stabil, masyarakat makin sejahtera, anggaran negara terjaga, dan fasilitas publik membaik.

Pesan yang kuat ini dikemas dalam desain yang minimalis namun berkesan, jauh dari kesan rumit atau membosankan yang sering kali melekat pada isu pajak.

“Kami ingin mengubah persepsi bahwa pajak itu hanya sekadar kewajiban yang berat,” ujar Chusnul Khotimah. “Melalui poster ini, kami mencoba menunjukkan sisi lain dari pajak, yaitu sebagai bentuk partisipasi aktif kita sebagai warga negara untuk membangun masa depan bersama. Konsepnya sederhana: setiap kontribusi kecil dari kita bisa menjadi bagian dari sesuatu yang besar dan bermanfaat untuk banyak orang. Kemenangan ini sangat tidak terduga, tetapi ini membuktikan bahwa edukasi pajak bisa disampaikan dengan cara yang kreatif dan menyenangkan.”

Senada dengan Chusnul, Reni Sagita juga mengungkapkan rasa syukurnya. “Kami benar-benar fokus pada bagaimana membuat pesan tentang pajak ini menjadi relevan, terutama untuk kalangan anak muda seperti kami. Kami memilih elemen visual yang populer dan tidak kaku. Ide-idenya kami olah agar mudah dicerna, bahkan oleh orang yang tidak memiliki latar belakang akuntansi sekali pun. Kami yakin, dengan komunikasi yang tepat, kesadaran pajak akan tumbuh dengan sendirinya,” kata Reni. Ia menambahkan bahwa proses riset dan kolaborasi tim menjadi kunci utama keberhasilan mereka. “Kami banyak berdiskusi dan melakukan riset kecil tentang apa saja yang didanai oleh pajak. Hal ini membuat poster kami tidak hanya estetis, tetapi juga didukung oleh data yang akurat.”

Prestasi ini menjadi bukti nyata komitmen Program Studi Akuntansi UNUSIDA untuk tidak hanya mencetak lulusan yang unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan kreativitas. Mahasiswa didorong untuk aktif berpartisipasi dalam berbagai kompetisi, terutama yang berkaitan dengan isu-isu terkini seperti literasi finansial dan pajak. Kemenangan ini juga mengukuhkan reputasi Prodi Akuntansi sebagai salah satu prodi terdepan yang berhasil memadukan teori akuntansi dengan praktik lapangan serta kemampuan komunikasi yang efektif.

Kemenangan Chusnul dan Reni adalah pencapaian yang membanggakan, sekaligus menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berkarya dan berprestasi di kancah nasional. Peran mereka sebagai agen perubahan dalam menyosialisasikan pentingnya pajak diharapkan dapat terus berlanjut, tidak hanya melalui karya, tetapi juga melalui aksi nyata. DJP Jawa Timur II sendiri mengapresiasi tinggi karya-karya kreatif seperti ini, karena dinilai sangat efektif dalam menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi Z dan milenial.

Tim Prodi Manajemen UNUSIDA Raih Pendanaan P2MW 2025 mengusung judul Inovasi Rumah Kucing Ras Bebas Bau dan Ramah Keluarga

Tim Prodi Manajemen UNUSIDA Raih Pendanaan P2MW 2025 mengusung judul Inovasi Rumah Kucing Ras Bebas Bau dan Ramah Keluarga

SIDOARJO – Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (UNUSIDA) kembali mencetak prestasi membanggakan. Tim mahasiswa yang digawangi oleh Ahmad Bakhrul Ulum bersama dua rekannya, Anas Khatori dan M. Ishaqul Hisyam, berhasil meraih pendanaan bergengsi dari Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2025 yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, Dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendiktisaintek)

Mereka mengusung inovasi bertajuk “Ahmad Cathouse”, sebuah solusi peternakan kucing ras (breeding) yang mengedepankan sanitasi, kenyamanan, dan kualitas ras unggulan. Usaha ini tidak hanya berorientasi bisnis, tetapi juga menjawab kebutuhan para pecinta kucing akan tempat pengembangbiakan hewan peliharaan yang higienis, bebas bau, serta ideal untuk lingkungan keluarga.

Ahmad Cathouse lahir dari keprihatinan terhadap praktik breeding kucing yang selama ini dinilai kurang memperhatikan aspek kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Di bawah bimbingan Jeziano Rizkita Boyas, S.E., M.M., ketiganya merancang konsep rumah kucing yang menggunakan sistem filtrasi udara, desain modular kedap bau, serta pendekatan edukatif kepada calon pembeli kucing ras.

“Banyak peternak kucing rumahan tidak memperhatikan aspek sanitasi dan kualitas kandang. Dengan ini maka berdampak pada kesehatan kucing dan kenyamanan lingkungan rumah,” jelas Ahmad Bakhrul Ulum selaku ketua tim. “Ahmad Cathouse hadir membawa standar baru: rumah kucing yang higienis, tidak berbau, dan nyaman untuk ditaruh di area rumah tangga.”

Unit usaha ini menargetkan pasar keluarga muda urban yang menyukai hewan peliharaan, terutama kucing ras seperti Persia, Scottish Fold, dan Maine Coon. Selain menyediakan kucing berkualitas dari indukan tersertifikasi, Ahmad Cathouse juga menawarkan layanan konsultasi dan edukasi pasca adopsi.

Dosen pembimbing, Jeziano Rizkita Boyas, S.E., M.M., menyampaikan apresiasi tinggi terhadap capaian mahasiswa bimbingannya ini. Ia menilai usaha ini tak hanya layak secara bisnis, tetapi juga menjawab tren urban society yang makin sadar akan pentingnya animal welfare.

“Tim Ahmad Cathouse menunjukkan kombinasi ideal antara empati terhadap hewan, riset pasar yang kuat, dan keberanian mengambil langkah nyata. Berikut wujud nyata dari semangat merdeka belajar dan kolaborasi kampus dengan dunia usaha,” ujar Jeziano.

Ahmad Bakhrul Ulum mengakui bahwa program P2MW menjadi batu loncatan penting dalam pengembangan usaha mereka. “Dengan pendanaan ini, kami akan menyempurnakan desain kandang berbasis teknologi sirkulasi udara, serta memperluas kanal pemasaran digital. Dukungan dari kampus dan pemerintah jadi motivasi besar kami untuk tumbuh lebih cepat,” tambahnya.

Rekan satu timnya, Anas Khatori, juga menyoroti pentingnya edukasi kepada konsumen. “Banyak yang membeli kucing tanpa tahu cara merawat. Kami ingin memutus siklus itu dengan mendampingi pembeli hingga siap menjadi pet parent yang bertanggung jawab,” kata Anas.

Sementara itu, M. Ishaqul Hisyam, yang menangani aspek manajemen keuangan, menyebut bahwa model bisnis mereka mengedepankan keberlanjutan. “Kami menerapkan sistem reinvestasi dari hasil penjualan untuk memperluas shelter dan kualitas layanan,” ujarnya.

Melalui Ahmad Cathouse, tim berharap dapat menciptakan dampak positif baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Dari sisi ekonomi, mereka menargetkan penjualan 10–15 ekor kucing ras per bulan, serta membuka lapangan kerja untuk tenaga pengasuh kucing dan pet groomer. Secara sosial, Ahmad Cathouse menjadi pusat edukasi pengasuhan kucing berbasis kesejahteraan hewan. Lingkungan pun diuntungkan lewat teknologi anti-bau yang mengurangi pencemaran udara rumah tangga. (KKH)